Lahan persawahan petani di Kecamatan Gunung Meriah, Aceh Singkil, mengalami kekeringan dan tanah retak sejak sebulan terakhir, sehingga dipastikan para petani gagal panen.
"Hal ini dikarenakan faktor cuaca ekstrem dan kemarau yang melanda Aceh Singkil sejak sebulan terakhir ini," kata Nurlela, salah seorang petani, Gampong Tanah Bara, Rabu 25 Oktober 2017.
Menurutnya, kekeringan tersebut diperparah lagi akibat tidak berfungsinya saluran irigasi di areal itu.
"Di lokasi persawahan sudah ada saluran irigasi, tapi irigasinya tidak berfungsi, sebab lebih dalam irigasi dari pada persawahan. Sehingga jika hujan turun, air yang masuk malah mengarah ke saluran irigasi," ujar Nurlela.
Sebagaian besar persawahan yang sudah ditanami padi menguning akibat lahan persawahan masyarakat mengalami kekeringan.
"Padahal kami sudah masuk tahap pembuahan tapi karena kekurangan sarana pengairan lahan hasilnya tidak ada, padahal masuk usia tanam 4 bulan. Seharusnya padi sudah memasuki masa panen," katanya.
Sementara itu, Mantri Tani UPTD Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Gunung Meriah, Rusdianto, mengatakan kekeringan juga terjadi di lokasi persawahan GAmpong Suka Makmur dan Gampong Sidorejo, Kecamatan Gunung Meriah.
"Persawahan satu kelompok tani di Gampong Sidorejo seluas 6 Hektare dan dua kelompok tani Gampong Suka Makmur seluruhnya 30 Hektare, juga mengalami kekeringan jika sudah memasuki kemarau selama dua pekan," sebut Rusdianto.
Hal ini, kata Rusdianto, persawahan jauh dari lokasi sumber air, sehingga untuk dilakukan pengairan harus menggunakan mesin pompa air dan menggunakan selang panjang. Rusdianto juga menyebutkan Dinas Tanaman Pangan, Horticultura dan Peternakan juga belum menjadwalkan upaya pengairan persawahan masyarakat yang mengalami kekeringan.
Pantauan wartawan, ketiga gampong di Kecamatan Gunung Meriah yang alami kekeringan itu yakni GampongTanah Bara 30 Hektare, Sukamakmur 30 Hetare dan Sidorejo 6 Hektare.
0 Response to "Lahan Persawahan Metani Kekeringan Air"
Post a Comment